Vandalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "perbuatan merusak dan
menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan
sebagainya)" atau "perusakan dan penghancuran secara kasar dan
ganas".[1]
Banyak dari remaja melakukan
perbuatan vandalisme seperti mencorat-coret dinding hingga perusakan lingkungan.
Cohen (1968)
& Bowles (1982) membahagikan perbuatan vandalisme kepada enam kategori,
iaitu vandalisme berbentuk keinginan; dirancang; ideological; sifat balas dendam;
suka-suka; dan bersifat merusak.
Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan vandalisme, antara
lain:
1. Pengaruh
teman pergaulan
kebanyakan
remaja yang melakukan vandalisme adalah dipengaruhi oleh teman. Demi mengeratkan
hubungan di antara teman, mereka sanggup mengikuti apa yang dilakukan oleh teman
mereka untuk menunjukkan bahwa mereka mementingkan persahabatan itu.
2. Orang tua
dan keluarga
Ajaran moral
walaupun berada di bawah tanggungjawab pihak sekolah tetapi orang tua juga
harus membantu hal ini. Apabila pakar-pakar mengkaji tentang vandalisme, mereka
mendapati bahawa remaja-remaja ini tidak diberi ajaran yang betul dan mereka
beranggapan bahawa vandalisme adalah masalah yang sepele.
3. Media Massa
Media massa
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dewasa ini. Tontonan adegan-adegan
negatif dari film-film atau karya-karya dari barat yang mempunyai unsur-unsur
perlakuan ke arah vandalisme bisa mempengaruhi remaja melakukan vandalisme. Golongan
remaja lazimnya mudah untuk meniru dan mengikut apa yang dilihat di
sekeliling termasuklah media massa, apalagi tanpa bimbingan dan tunjuk ajar yang
sewajarnya.
2. 4. Sikap tidak peduli
Remaja yang melakukan
vandalisme adalah mereka yang mempunyai sikap tidak peduli terhadap orang lain
atau lingkungan sekitar.
Remaja yang melakukan
vandalisme adalah mereka yang mempunyai sikap tidak peduli terhadap orang lain
atau lingkungan sekitar.
5.
Untuk
meluapkan ketidakpuasan
Mereka yang tidak merasa puas hati
dengan berbagai masalah menggunakan vandalisme sebagai satu cara untuk
melampiaskan perasaan mereka.
Pemecahan
masalah
1. Memberi bimbingan konselling
Bagi mereka yang sentiasa melakukan
perkara seperti ini,bimbingan konselling perlu diberikan untuk mengetahui
alasan kenapa mereka berbuat begitu dan masalah yang dihadapi. Dengan ini,kita
dapat membantu mereka menyelesaikan masalah mereka yang akan membawa kebaikan
kepada orang banyak.
2.
Memberi
hukuman yang lebih berat
Pihak berkuasa harus mengenakan
hukuman yang lebih berat dan bukan hanya memberi nasehat saja. Selain itu, kepada
mereka yang sentiasa mengulangi kesalahan tersebut harus diberi sanksi yang
tegas atau harus dipenjara karena mereka melakukan perbuatan kriminal yang
merugikan orang banyak dan supaya mereka tidak berani lagi untuk mengulangi
kesalahan tersebut.