Banyak pemberitaan tentang guru
yang mencubit muridnya berujung masuk bui dan sudah beberapa kali saya baca.
Namun barusan saya membuka sebuah link yang memperlihatkan keadaan si bapak
guru tersebut. Beliau sedang menangis, dan saya pun ikut menangis! Bukan karena
saya merasa senasib dengan beliau. Tetapi saya memposisikan diri sebagai siswa.
Yah… dari SD, SMP hingga SMA saya mendapat banyak ilmu dari bapak dan ibu guru.
Yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan saya.
Masyarakat Indonesia memang cukup cerdas. Mereka
dapat menilai siapa yang salah dalam hal ini. Para netizen (ciehhh berasa jadi
wartawan) malah menyudutkan si anak dan bapaknya yang melapor ke polisi. Mereka
berdua malah di bully habis-habisan. Loh kan si anak sudah memperlihatkan bekas
cubitan yang legam itu? Kan sudah terbukti si anak mendapat perlakuan tidak
baik dari sang guru? Koq malah dia di bully? Baiklah Saya mewakili netizen
berpendapat:
1.
Sang guru matematika
memarahi si anak yang tidak mengikuti shalat berjamaah. Tujuannya kan sangat
baik.
2.
Si anak melapor ke bapaknya
yang kebetulan berpangkat. Nah mentang-mentang kali yee…
3. Si bapak tanpa konfirmasi dulu ke sekolah atau musyawarah dulu lah, malah langsung ke kantor polisi
3. Si bapak tanpa konfirmasi dulu ke sekolah atau musyawarah dulu lah, malah langsung ke kantor polisi
4. Dari instagram si anak,
didapatkan gambar dia sedang merokok bersama temannya. Nah… dengan PD-nya dia
mengunggah foto tersebut padahal masih SMP apalagi anak seorang berpangkat.
Rupanya nomor 4 lah yang menambah
amarah para netizen. Maka meme-meme tentangnya pun banyak bermunculan. Mereka juga
bertanya bagaimana ceritanya si anak yang merasa gagah dengan merokok koq
ketika dicubit jadi cengeng? Sekaligus banyak dari mereka yang bercerita
tentang pengalamannya dicubit atau dipukul, dilempar penghapus dan sebagainya
lah tapi tidak melawan karena memang itu terjadi pada siswa yang bersalah. Jika
tidak ada salah ya mana mungkin guru menjadi marah begitu.
Ada anak, ada bapak, pasti ada
ibunya dong yah.. ya iyalah. Sungguh, kalau saya jadi ibunya sih merasa
maluuuuuuuu luar biasa. Pertama, anak saya yang masih kecil sudah merokok
artinya saya nggak becus dong mendidik anak. Yang kedua, suami saya melaporkan
orang yang sudah saya amanati untuk mendidik anak saya di sekolah. Anak saya
kan yang salah, tapi suami saya malah memenjarakan orang yang berniat mendidik
anak saya menjadi anak yang baik. Aduhhh… asli deh saya pasti stress berat. Apalagi
ini bulan ramadhan. Entah bagaimana ibadah puasa saya. Tapi seandainya saya
nggak punya hati, pasti saya malah membela suami dan anak saya yang
tercintahh.. hahaha… makan tuh cinta! Katanya cinta itu kan buta yahh..
Saya sebagai mantan murid dan
calon orang tua, sungguh merasa prihatin dengan peristiwa ini. Mudah-mudahan
cepat selesai permasalahannya dan Semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar