1.1 Latar Belakang
Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Oleh
sebab itu, pendidik hanya dapat "menuntun" tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya.
Dalam
menuntun anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan
potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik, akan tetapi guru sebagai
pamong harus memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak
dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan
peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang
dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia, yakni: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan
YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global,
Bernalar Kritis dan Mandiri.
Untuk menciptakan
budaya positif yaitu dengan menciptakan siswa-siswa
yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu
pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi internal. Bukan
karena untuk mendapat penghargaan atau
menghindari hukuman. Siswa
yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang
dilakukannya.
Sebagai pendidik kita harus dapat
menumbuhkan disiplin diri pada diri siswa sehingga siswa mampu menggali
potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna,
mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada
nilai-nilai yang dihargai.
Budaya positif yang sudah ada disekolah diharapkan
berkembang menjadi karakter semua warga sekolah. Bagaimana
pendidik dalam menumbuhkembangkan budaya
positif dalam mewujudkan karakter profil pelajar pancasila, dan bagaimana
menerapkan disiplin restitusi di posisi monitor dan manajer sehingga lingkungan
yang positif, aman dan nyaman dapat terwujud.
1.2 Deskripsi Aksi Nyata
1. Tujuan.
Adapun yang
menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:
- Terwujudnya visi sekolah
melalui penerapan budaya positif.
- Terbentuknya karakter disiplin
yang kuat.
- Menumbuhkan dan
menguatkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan positif.
- Menumbuhkembangkan karakter
profil pelajar pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pamcasila.
- Menguatkan peran sebagai guru
penggerak melalui penerapan restitusi dalam menanamkan disiplin positif
pada siswa.
2.
Tolak Ukur
Untuk
mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol
kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur
yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Terbentuknya keyakinan kelas
sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan
kelas ini dibentuk dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
- Konsistensi peserta didik dan
walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas.
- Minimal 70% peserta didik sudah
menunjukkan menguatnya karakter positif seperti religius, peduli,
disiplin, toleransi, gotong royong dan bertanggungjawab pada proses
pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
- Munculnya karakter berdaya
nalar kritis pada proses pembelajaran yang terlihat dari keaktifan peserta
didik dalam bertanya, berpendapat/berargumen, dan menjawab pertanyaan dari
guru.
- Dokumentasi kegiatan
pembentukan keyakinan kelas bersama peserta didik dan wali kelas, proses
kegiatan restitusi, kegiatan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan
rekan sejawat
3. Dukungan yang dibutuhkan.
Untuk
menjalankan tindakan aksi nyata dalam menumbuhkan budaya positif
di sekolah ini dibutuhkan dukungan:
- Kepala Sekolah
- Rrekan sejawat.
- Orang tua murid dan komite sekolah.
- Peserta didik.
- Masyarakat sekitar.
- Sarana dan prasarana sekolah
yang memadai.
- Media yang diperlukan
1.3 Hasil Aksi Nyata
Adapun hasil
dari tindakan aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :
- Terbentuknya keyakinan kelas
yang dibuat dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas.
- Menguatnya karakter positif seperti religius yang ditunjukkan dengan semakin tertibnya anak dalam melakukan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran
- Menguatnya karakter peduli
terhadap teman yang membutuhkan dukungan belajar.Hal ini ditunjukkan
dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya yang belum memahami
materi pembelajaran.
- Menguatnya karakter
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan baik tugas mata pelajaran
maupun tentang dan kebersihan kelas.
- Menguatnya karakter
gotong royong. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran 100% setiap kali
diadakan gotong royong untuk membenahi kelas.
- Menguatnya karakter disiplin
waktu yang ditunjukkan dengan tidak adanya catatan terlambat masuk
sekolah, disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.
- Menguatnya karakter toleransi
yang ditunjukkan dengan saling menghormati dan menghargai teman yang
berbeda suku, ciri fisik dan gender.
- Tumbuhnya karakter berdaya
nalar kritis yang ditunjukkan dengan meningkatnya dari minggu ke minggu
siswa yang aktif bertanya, menjawab, berpendapat/berargumen.
- Adanya Poster Keyakinan kelas
yang dipajang dikelas.
1.4. Pembelajaran yang didapat dari
pelaksanaan
Pembelajaran
yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun budaya
positif ini adalah:
- Pentingnya membuat keyakinan
kelas untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri peserta didik.
- Adanya dukungan dari dari
berbagai pihak terkait, sarana dan prasarana yang memadai sangat
berkontribusi dalam usaha membangun disiplin positif.
- Layanan restitusi dalam
menyelesaikan permasalahan memfokuskan peserta didik untuk belajar dari
kesalahan, menuntun untuk melihat ke dalam diri, memperbaiki hubungan,
fokus pada karakter dan solusi.
- Untuk menerapkan displin
restitusi, seorang guru harus mampu memposisikan diri sebagai manajer agar
dapat membimbing siswa sehingga siswa mampu mengevaluasi diri bagaimana
menjadi diri sendiri yang lebih baik.
1.5. Rencana Perbaikan Untuk
Pelaksanaan di masa mendatang
Setiap 3
bulan, butir-butir keyakinan kelas dievaluasi dan diperbaiki. Jika item
butir-butir keyakinan kelas sudah membudaya, maka diganti dengan item lainnya
sehingga akan semakin banyak item-item budaya positif yang dapat ditumbuhkan
pada peserta didik.
Selain itu
perlu koordinasi dan kolaborasi dengan orang tua dan rekan sejawat agar penanaman budaya positif lebih cepat
terealisasi,berkembang dan terawat.
Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif
1. Komunikasi
perencanaan tindakan perencanaan pelaksanaan aksi nyata kepada kepala sekolah.
2. Pembentukan Keyakinan Kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar