1 3.1.a.9 Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai pemimpin Pembelajaran
Dwi Kurniawati
Handayani
CGP Angkatan 4
1
1. 1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Jawab
Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang
terkenal dengan semboyan ing ngarso sung toladha, ing madya mangun karsa,
Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, tengah membangun
motivasi/dorongan, dibelakang memberi dukungan. Berdasarkan hal tersebut
diatas guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan
pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma,
3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
- Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Jawab:
Nilai yang dimiliki
seorang guru penggerak antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif
dan berpihak pada murid. Selain nilai-nilai itu, mungkin ada nilai-nilai
kebajikan lainnya yang sudah tertanam dalam diri kita sejak kecil yang
diajarkan orangtua yang sampai saat ini terus dijaga dan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan. Seorang guru penggerak dituntut mampu menemukan solusi
tepat untuk menyelesaikan masalah yang
timbul. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan. Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita secara kodrati sebagai makhluk Tuhan bahwa segala
perilaku dan perbuatan kita sekecil apapun akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Tuhan nantinya. Kaitannya sebagai seorang pendidilk nilai kejujuran,
integritas bisa diajarkan melalui pengamalan dan keteladanan pada murid-murid
kita. Dan hal ini akan mampu menjunjung tingi nilai-nilai di sekolah sehingga
mampu dijadikan teladan oleh siswa.dan warga sekolah lainnya.
Pada prosesnya “menuntun” anak akan diberi kebebasan namun
guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak
kehilangan arah dan membahanyakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan
tuntunan agar anak menemukan kemerdekaan dalam yang akan berdampak
keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Guru sebagai pemimpin
pembelajaran tentu pernah mengalam idilema etika atau bujukan moral pada sebuah
keputusan yang diambil saat menangani kasus murid atau rekan sejawat
komunitas di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs benar
(situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan diamana
dua pilihan itu secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah
(seseorang membuat keputusan antara benar atau salah)
- Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping
atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam
pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam
diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Jawab:
Kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran karena ketika kita membimbing seseorang siswa
mengambil keputusan tentunya kita sebagai guru terlebih dahulu menganalisa masalah
apa yang dihadapi siswa, kenapa masalah itu bisa terjadi dan mengarahkan siswa
itu untuk menentukan pilihan-pilihan yang menurutnya baik, mengambil langkah,
membuat komitmen dan bertanggungjawab atas komitmennya serta meminta bantuan
orang untuk menjaga komitmennya. Dalam pengambilan keputusan juga seperti itu,
kita harus menganalisa dulu masalahnya, fakta-fakta apa yang sebenarnya
terjadi, siapa yang terlibat, termasuk dilemma etika atau bujukan
moral, kemudian termasuk dalam paradigma yang mana, prinsip yang mana dan
langkah-langkah selanjutnya seperti apa melalui paradigm benar atau salah dalam
berbagai uji sehingga didapati keputusan akhir yang
efektif. Meskipun seringkali keputusan yang kita ambil sudah dirasa
efektif namun masih ada keraguan atau masih ada pertanyaan-pertanyaan dalam
diri kita, hendaknya kita bertanya kepada senior yang lebih tahu dan
professional dalam bidangnya, kembali melalui proses coaching akan didapatkan
komitmen.
- Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Jawab:
Ketika seorang guru mampu mengelola dan
,menyadari aspek sosial emosionalnya dengan baik maka itu akan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran.
Pengelolaan dan menyadari aspek sosial dan emosional akan memberikan
manfaat:
a.
memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola
emosi (kesadaran diri)
b.
menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
c.
merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
d.
membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
membangun relasi)
e.
membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab)
5. 5. Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Jawab:
Sebagai manusia tentunya
kita pernah dihadapkan akan suatu masalah dimana masalah tersebut merupakan
suatu bujukan moral (Benar Vs Salah) atau suatu dilema etika (Benar Vs Benar).
Ketika dihadapkan dengan salah satunya maka secara naluriah kita akan mengambil
keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah kita yakini dan kita anut.
Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang
diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi
kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum memiliki
nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang
guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
- Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Jawab:
Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada
siswa itu merupakan motivasi seorang pendidik dalam mengambil keputusan.
Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk
siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya.
- Selanjutnya,
apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan
untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika
ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Jawab:
Dalam menjalankan
pengambilan keputusan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memang ada
kesulitan-kesulitan di lingkungan kami yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini
seperti masih adanya pembedaan antara pendatang dan pribumi, pendatang tidak
bisa berbuat banyak meskipun memiliki skill dan kecerdasan, tetap harus pribumi
yang berkuasa. Adanya pembedaan kelompok mayoritas dan minoritas, kelompok
mayoritas yang banyak menduduki pemerintahan sedangkan minoritas serasa
didiskriminasikan. Tidak adanya kolaborasi dan elaborasi berbagai budaya karena
hanya kebiasaan dan budaya setempat yang memerintah. Tidak adanya kerjasama
antar individu untuk maju bersama-sama.
Ya tentunya ini
kembali ke masalah paradigma di lingkungan saya, tidak ada perubahan paradigma,
masih dengan paradigma lama.
- Dan
pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini
dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Jawab:
Saya tetap berusaha
untuk memerdekaan murid saya, saya harus belajar mengambil keputusan yang
efektif yang berpihak pada murid meskipun secara umum lingkungan tidak
mendukung. Sebagaimana tujuan pendidikan sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara
adalah mencapai kebahagiaan dan keselamatan anak setinggi-tingginya.
- Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Jawab:
Yang terpenting adalah
sebagai guru / pemimpin pembelajaran kita sudah memulai untuk memberi teladan
dalam mengambil keputusan yang berpihak pada siswa, kemudian diimbaskan kepada
siswa ketika siswa menghadapi masalah kita ajar mereka untuk mengambil
keputusan dengan baik, memotivasi mereka untuk belajar mengambil keputusan demi
masa depannya, mendorong mereka untuk bangkit, maju dan berkembang. Saya
percaya hal ini seperti benih padi yang kita tabor dan suatu saat akan kita
tuai, mereka akan menjadi lebih baik dari apa yang sudah kita ajarkan. Berapa besar
pengaruhnya di kemudian hari itu urusan belakangan.
- Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Jawab:
Kesimpulan akhir saya dari pembelajaran modul 3.1. ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya bahwa dalam melakukan pengambilan
keputusan tetap harus memperhatikan semboyan Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, Tut Wuri handayani. Dalam melakukan
pengambilan keputusan juga tak lepas dari nilai-nilai seorang guru dan
nilai-nilai yang telah diyakininya yang sudah melekat dalam diri yang mana
mengandung nilai kebajikan yang universal. Dalam melaksanakan pengambilan keputusan
sebaiknya disertai bagaimana mengelola emosional dan menyadari bahwa secara
emosional akan berdampak pada pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan berkaitan dengan praktek Coaching yang merupakan kegiatan memberi
bimbingan kepada siswa untuk mengarahkan siswa tersebut membuat komitmen dan
mengambil keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya keputusan yang kita
ambil akan diteladani oleh siswa kita dan berdampak buat mereka di masa depan.
Meskipun banyak tantangan di sekitar kita yang berusaha menghalangi kita
mengambil keputusan dengan baik tetapi marilah kita menegakkan nilai-nilai
kebenaran yang hakiki, menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di lingkungan
kita dan tentunya hal itu tidak bertentangan dengan hati nurani kita sebagai
manusia yang menyadari dirinya sebagai ciptaan Tuhan. Demikian kesimpulan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar