AKSI NYATA
3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
DWI
KURNIAWATI HANDAYANI, S.Pd.
CGP
ANGKATAN 4
KABUPATEN
TEGAL
Sebagai guru atau pemimpin
pembelajaran, kita sering sekali dihadapkan pada situasi atau dilema yang
menuntut kita sebagai guru bijak dalam mengambil keputusan. Sebuah dilema
dimana terjadi pertentangan antara benar atau salah atau bujukan moral ataupun
pertentangan dua kebenaran atau dilema etika. Pada situasi dilema etika,
diperlukan paradigma atau nilai-nilai kebajikan universal, rasa tanggungjawab
dan juga keberpihakan pada murid sehingga seorang pemimpin pembelajaran bisa
mengambil keputusan yang beretika.
Etika dan moral adalah kontruksi
yang mengatur perilaku manusia. Nilai nilai etika dan moral inilah yang membuat
kita bisa membedakan baik dan buruk, apa yang harus kita lakukan, bagaimana
bertindak, dan bahkan aspek apa yang kita utamakan maupun kita pedulikan.
Namun,
terkadang kita menghadapi situasi dimana kita tidak tahu apa yang harus
kita lakukan, apa yang harus kita putuskan, memilih A atau B dari dua hal yang
sama sama memiliki nilai positif atau nilai kebenaran yang menyeret kita masuk
pada konflik dan membuat kita masuk dalam situasi dilema.
Dalam
situasi dilema etika dimana ada konflik antara beberapa nilai dan
keyakinan, tidak ada solusi yang benar-benar baik dan pilihan yang benar-benar
buruk, keduanya memiliki dampak positif dan negatif yang bersamaan.
Dalam
pengambilan keputusan, di situasi dilema etika inilah keputusan kita akan
diuji. Keputusan kita mencerminkan elemen atau nilai apa yang kita perhitungkan
dan utamakan dalam membuat keputusan.
Dilema
etika merupakan situasi yang terjadi ketika wali kelas harus memilih antara dua
pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan
bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat
keputusan antara benar atau salah. Ada 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu
:
- Individu
vs community
- Keadilan
(justice) vs rasa kasihan (honesty)
- Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka
pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term)
Disamping
itu pada modul ini dikenalkan 3 prinsip pengambilan keputusan :
- Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking),
- Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking),
- Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking).
Sebelum
menentukan keputusan yang baik bagi sesama harus ditempuh 9 langkah pengambilan
dan pengujian keputusan:
- Ke-1
mengenali nilai-nilai yang bertentangan,
- Ke-2
menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut,
- Ke-3
mengumpulkan fakta yang relevan,
- Ke-4
melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji panutan,
- Ke-5
pengujian paradigma benar lawan benar,
- Ke-6
melakukan prinsip pengambilan keputusan,
- Ke-7
investigasi opsi trilemma,
- Ke-8
membuat keputusan,
- Ke-9
melihat kembali keputusan dan melakukan refleksi.
Kasus
Dilema Etika di Sekolah
Pada pembelajaran
matematika di kelas 4B semester 2 ada materi Pengukuran sudut. Sejak semester 1
saya selaku guru kelas/ wali murid sudah memerintahkan siswa untuk
mempersiapkan penggaris busur guna digunakan untuk pembelajaran materi
pengukuran sudut tersebut di semester 2.
Pada semester
2 awal pun guru kelas selalu mengingatkan muridnya untuk mempersiapkan penggaris busur. Hingga pada
bulan mei 2022 pembelajaran materi tersebut akan dilaksanakan. Hari senin guru
kelas sudah memerintahkan murid untuk membawa penggaris busur pada hari selasa
besok paginya. Ternyata pada hari selasa para murid yang berjumlah 22 orang,
hanya 2 anak yang membawa penggaris. 2 anak mengatakan penggaris busurnya
ketinggalan dirumah dan sisanya 18 anak belum mempunyai penggaris sama sekali. Guru
kelas merasa sangat kecewa karena sudah diperingatkan jauh-jauh hari mengenai
persiapan penggaris busur. Berhubung pelaksanaan PAT (Penilaian Akhir Tahun) waktunya
seminggu lagi, maka guru kelas mengalami
dilema etika, apakah pembelajaran pengukuran sudut tersebut dilaksanakan atau
tidak. Seandainya dilaksanakan pun hanya 2 anak yang membawa penggaris maka
hanya 2 anak tersebut yang paham akan materi tersebut, sedangkan yang lainnya
tidak. Jika tidak dilaksanakan maka anak akan kesulitan dalam mengerjakan soal
PAT. Maka saya melakukan pertimbangan dengan beberapa langkah
yang saya lakukan dalam pengambilan keputusan:
1.
Paradigma berpikir
Saya
mengambil keputusan berdasarkan paradigma justice vs mercy atau keadilan lawan
rasa kasihan. Di satu sisi saya harus berlaku adil kepada semua siswa mengenai
proses pembelajaran dan cara memperoleh nilai, namun di satu sisi saya merasa
kasihan kepada murid saya apabila tidak mendapatkan materi pembelajaran
tersebut. Selain itu saya juga berpikir berdasar pengaruh jangka panjang lawan
jangka pendek, dimana saya berpikir tentang masa depan murid tersebut mengenai
materi yang pastinya akan bermanfaat di masa yang akan datang.
2.
Resolusi berpikir
Dari
ketiga prinsip berpikir, saya menggunakan prinsip care based thinking atau berpikir berbasis rasa peduli. Karena saya
merasa peduli dan sayang kepada semua murid saya. Mereka harus mendapatkan
materi yang sesuai dengan kurikulum yang ada.
3.
Pengujian Keputusan
Langkah
selanjutnya, saya mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
9
langkah tersebut adalah
Langkah
1: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam
situasi ini.
Nilai
yang bertentangan adalah benar jika saya memberikan materi tersebut walaupun
hanya ada 2 anak saja yang membawa penggaris. Benar juga jika saya tidak
memberikan materi tersebut karena sebagian besar tidak membawa penggaris.
Langkah
2: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Dalam
situasi ini yang terlibat adalah saya, murid dan rekan guru lain dan
orang tua murid.
Langkah
3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Fakta
yang relevan adalah saya sudah mengingatkan anak-anak jauh-jauh hari selama
berbulan-bulan untuk mempersiapkan pembelajaran pengukuran sudut, agar murid –murid
mempersiapkan penggaris busur. Namun saat hari H mereka tidak membawanya.
Langkah
4: Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:
·
UjiLegal
menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan
yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah.
Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya
keputusan yang berhubungan dengan moral. Dalam hal ini tidak ada pelanggaran.
·
Uji Regulasi/ Standar Profesional
Berhubungan dengan pelanggaran peraturan atau kode etik. Dalam hal ini
tidak ada.
·
Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan
apakah ada yang salah dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan
apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda
yakini. Dalam hal ini saya merasa ada yang berlawanan dengan nilai nilai
yang saya yakini, namun ada perasaan kasihan yang saya rasakan kepada
murid-murid.
·
Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan
dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba
menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu
akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi bujukan moral atau benar
lawan salah. Dalam hal ini saya merasa nyaman jika keputusan saya di
publikasikan.
·
Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh
seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini
fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau
ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat
berarti bagi Anda. Dalam hal ini saya yakin idola sayapun akan mengambil
keputusan yang sama dengan saya.
Langkah
5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Mengidentifikasi
paradigma sangat penting karena, ini bukan hanya menganalisis permasalahan
namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul
mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Berdasarkan
analisis saya, saya menggunakan 2 paradigma yaitu justice vs mercy atau keadilan lawan rasa kasihan dan juga jangka
pendek vs jangka panjang
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi , yang
terdiri dari 3 prinsip berpikir yaitu:
·
Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
·
Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
·
Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
Dari
ketiga prinsip berpikir, saya mengambil keputusan berdasarkan prinsip care based thinking
Langkah
7: Investigasi Opsi Trilema
Mencari
opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi
ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah.
Untuk
memenuhi rasa keadilan pada siswa saya maka saya menyampaikan permasalahan
tersebut kepada rekan sejawat dan orang tua murid. Dan hasilnya adalah orang
tua murid ikut membantu mempersiapkan penggaris busur sehingga sejunlah 21 murid
membawa penggarsi busur saat hari Jumat seperti yang telah disepati. (1 murid
tidak berangkat).
Langkah
8: Buat Keputusan
Saya
memutuskan memberikan materi pengukuran sudut kepada semua murid setelah mereka
menyepakati akan membawa penggaris busur pada hari jumat. Dengan bekerjasama
dengan rekan sejawat dan orang tua murid, akhirnya pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik.
Langkah
9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan
Setelah
saya mengambil keputusan, saya merasa keputusan saya tepat, karena sayapun
memahami bahwa anak kelas 4 SD masih dalam tahap pengawasan orang tua yang
ekstra. Seperti mempersiapkan perlengkapan alat tulis mereka perlu dipersiapkan
oleh orang tuanya. Karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara guru dna
orang tua murid.
Dokumentasi:
Berdiskusi dengan rekan sejawat
Saat pembelajaran pengukuran sudut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar